Laporan Membaca
Laporan
Membaca 1
Judul : Teka-Teki Terakhir
Penulis : Annisa Ihsani
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 252 Halaman
A. Ringkasan
Ada yang aneh dengan pasangan suami
istri Maxwell yang tinggal di rumah ta besar di pinggir sungai Littlewood, semua
orang tau itu. Sewaktu kami masih kecil, aku dan abangku, Jack, sering
berpura-pura bahwa mereka adalah penyihir, lengkap dengan sapu terbang dan
ramuan berwarna hijau yang mengepuldi atas kuali. Belakangan, ketika orang
dewasa semakin berkeras menyakinkan kami bahwa sihir itu tidak ada dan kami
nyaris mempercayai mereka, cerita yang beredar mengatakan penghuni rumah itu
adalah ahli kimia gila yang sedang melakukan eksperimen berbahaya. Versi serupa
lainnya menyebutkan bahwa mereka ahli botani gila yang sedang meneliti tanaman
langka. Rumahku dan rumah Maxwell teretak di sisi kiri sungai Littlewood,
bagian kota yang lebih kecil. Sebagian besar rumah penduduk, toko-toko dan
tempat menarik lain berada dis sisi kanan sungai. Ini artinya aku dan Jack harus
melewati rumah maxwell setiap kali ingin mneyeberangi sungai, yang berarti
setiap hari, karena kamikan perlu pergi ke sekolah. Pertemuan pertamaku dengan
Tuan Maxwell terjadi sekitar setahun yang lalu.
Sekarang bulan Maret tahun 19992.
Tahun pertamaku di SMP, yang ternyata sangat jauh berbeda dari yang kukira,
cara lebih halus untuk mengatakan “Sangat tidak menyenangkan”. Aku tidak lagi
punya waktu untuk memikirkan si pria tua di balik ilalang karena, pikiranku
dipenuhi banyak masalah yang lebih mendesak. Nilai nol di lembar jawaban kuis
matematikaku.
Kau tahu, aku sering mendengar orang
dewasa berkata bahwa mereka payah dalam matematika semasa sekolah dulu. Itu mungkin topik yang paling sering muncul
dalam pecakapan basa-basi mereka, setelah cuaca dan pertandingan olahraga.
Sekarang, hampir bisa kupastikan bahwa itu juga akan menjadi salah satu topik
basa-basiku saat dewasa nanti.
Pertemuanku
kemarin membangkitkan kembali rasa ingin tahuku terhadap suami istri Maxwell.
Mengikuti anjuran pria tua itu, kulihat lagi kertas kuisku sebelum membuangnya.
Ternyata ada catatan-catatan tambahan, ditulis dengan pensil tipis dengan
tulisan keriting panjang-panjang, seperti,”Hanya salah menghitung dilangkah
terakhir, aku akna memberi sedikitnya lima poin kalau aku jadi gurumu” dan “
Akan lebih mudah kalau kau menyamakan koefisien x dulu” dan semacamnya.
Akhirnya kusimpan kertas itu di laci meja belajrku. Buku yang dia berikan
tenyata, meski aku benci menngakuinya, cukup menarik. Aku jadi tahu bahwa nol
tercatat pertama kali digunakan oleh orang-orang Babilonia sebagai simbol untuk
melambangkan kekosongan. Setelah itu simbol ini juga muncul di peradaban Maya
sekitar abad keempat. Dan butuh berabad-abad kemudian hingga akhirnya ahli
matematika India bernama Brahmagupta menggunakan nol, untuk pertama kali sebgai
angka yang bisa ditambahkan, dikurangi, dikali, dan dibagi. Sayangnya dia
keliru untuk operasinya yang terakhir itu. Dia menyebutkan bahwa nol dibagi nol
akan menghasilkan nol. Kurasa setelah membaca semua sejarah ini, aku jadi mengerti,
tapi tidak bisa bilang aku setuju, sebagian perkataan Tuan Maxwell : tidak
begitu buruk mendapatkan nol, setelah begitu lama pencahariannya.
Tetapi
sudah sebulan yang lalu sejak pertemuan terakhirku dengan Tuan Maxwell dan aku
masih belum mengembalikan buku itu. Setiap kali aku lewat di depan rumahnya,
tidak terlihat tanda-tanda keberadaan pria itu. Aku pun tidak telalu
memikirkannya lagi, meski buku itu masih kubawa kemana-mana di tasku seperti
jimat. Aku juga tidak tahu persis kenapa aku melakukan hal tersebut. Nilai
matematika sudah jauh lebih baik. Mungkin aku berusaha lebih keras untuk
berkonsentrasi, atau mungkin matematika terasa lebih menarik sejak membaca
sejarah nol, entahlah. Yang pasti pagi ini Pak Larson membagikan hasil kuis
dadakan minggu lalu, dan teabak aku dapat berapa? 52 dari 100! Yah, memeang sih
tidak bagus-bagus amat, dan juga masih dibawah rata-rata kelas, tapi iitukan 52
point lebih banyak dari pada kuis sebelumnya..
Sekarang, aku sedang berada di
pusat kota bersama tamanku, Katie. Di
awal tahun ajaran ini,tampaknya kami sama-sama menyadari bahwa maisng-masing
tidak punya teman, jadi saat jam makan sinag kami duduk di meja yang sama di kantin.
Dia menanyakan buku apa yang sedang ku baca, Nanci Drew, dan aku memuji gelqng
ynqg di pakainya, yang ternyata dibuat sendiri. Dian lalau mewarkan mengajari
membuat gelang, yang kuterima meski sesungguhnya aku tidak begitu suka memakai
aksesori. Aku juga menawarinya untuk meminjam bukuku, yang diterirmanya meski
aku juga tahu bahwa dia tidak begitu suku membaca cerita detektif. Sejak saat
itu kami berteman.
Katie berubuh mugil. Rambutnya hitam
pekat dan dipotong pendek di bawah telinga seperti anak laki-laki. Dia suka
mengenakan pakaian yang aneh-aneh, tapi menurtuku itu cocok dengan
kepribadiannya. Ternyata selain membuat kerajinan tangan, dia juga suka
menggambar dan melukis. Dinding kamrnya penuh dengan sketsa dan lukisan yang
menurut mata awamku cukup mengagumkan..
Keberanianku datang di hari Minggu,
mungkin karena Minggu hari yang membosankan. Semua toko tuttup dan semua orang
mengantuk, jadi kupikir lebih baik mencari petualangan sendiri. Jam tiga sore
kutemukan diriku berdiri sendirian di depan pagar rumah Maxwell. Pintu pagarnya
tertutup, tapi tidak terkunci. Perlahan kudorong pintunya hingga terbuka, lalu
aku mulai melangkah masuk ke halaman depan rumah. Jalan setapaknya nyaris tidak
kelihatan lagi karena tertutup ilalang ynag tingginya mencapai pinggangku.
Setelah menyusuri bagian samping
rumah, aku sampai di halaman belakng yang sangaat luas. Kebanyakan rumah di
Littlewood memnag seperti ini, dengan halaman depan yang kecil dan halaman
belakang yang luas. Tetapi halam belakang rumah Maxwell jauh ebih luas dari
yang kubayangkan. Kelihatannya ada ynag merawat kebun ini. Ada beberapa pohon
apel besar, kebun sayur , dan rumpun bunga di sana sini. Rumput liar juga tidak
sebanyak halaman depan.
Mengikuti
jalan setapak, aku samapai diteras belakng yang mungil. Ada satu meja rotan dan
empat kursi. Di kolong salah satu kursi, ada kucing gemuk berbulu kuning sedang
tidur. Debar jantungku jadi agak tenang sedikit. Orang ynag memlihara kucing pasti
bukan orng jahat, kan?
Syukurlah,
kali ini pintunya tidak jauh berbeda dari pintu di rumhku. Tidak ada bel di situ
jadi aku mengetuk pelan-pelan. Setelah dua atau tiga menit, tidak ada jawaban.
Kuketuk sekali lagi. Dua menit lagi berlalu. Sebagian diruku merasa lega.
Mungkin tidak ada orang di rumah. Atau mungkin mereka tidak ingin diganggu
tamu, apalagi oleh anak perempuan berumur dua belas tahun. Mungkin sebaiknya
aku menekan rasa ingin tahu dan melanjutkan hidup.
Aku
sudah membalikkan badan untuk pulang ketika pintu tiba-tiba terbuka. Ketika ia
maju selangkah mendekatiku, barulah aku melihat Nyonya Maxwell dengan jelas
untuk pertama kali. Sekarang aku tahu mengapa ada gosip ynag menyebutkan bahwa
keluarga Maxwell bangsawan. Penampilan wanita ini sangat.... agung. Entahlah,
aku tahu kedengarannya bodoh, tapi aku tidak bisa menamukan kata yang tepat
untuk menggambarkan wanita ini. Mata besar dan berwarna abu-abu, bibir tipis,
dan rambutnya ynag memutih disisir ke belakang lalau digulung menjadi sanggul
kecil. Ia mengenakan pakaian bermotif bunga-bunga kuning dan kalung mutiara di
lehar. Tampaknya ia sama tua dengan suaminya.
“Selamat
sore,” kata Nyonya Maxwell padaku.
“Selamat
sore, Nyonya Maxwell,” jawabku gugup.
“Ada
yang bisa kubantu? Tanyanya. Sejenak ia menyipitkan mata memandangiku, kemudian
tersenyum. “Ah, apakah ini Laura Welman?”
“Benar,
Nyonya.” Bahkan tidak terpikir olehku untuk bertanya bagaimana ia bisa tahu.
“kelihatannya
kita belum berkenalan secara resmi,” katanya sambil mengulurkan tanagn utnuk
bersalaman. “Eliza Maxwell.”
Aku
menyambut uluran tanagnnya dan menyebutkan namaku.
Hari Minggu pagi berikutnya, aku
memasuki halaman rumah Maxwell dengan kantong berisi kue brownies di satu tangan dan buku-buku yang kupinjam minggu
sebelumnya di tangan lain. Kutemukan Nyonya Maxwell sedang membungkuk di atas
rumpun bunga daisy di halaman
belakang. Kali ini ia menggunakan celana panjang cokelat dan sweter krem
sederhana. Tangannya tertutup sarung tangan berkebun. Rambutnya tidak lagi
digelung, tapi diikat menjadi satu kunciran hingga ke punggung.
“Selamat pagi, Nyonya Maxwell!”
Nyonya Maxwell mendongak lalu
tersenyum saat melihaku. “Ah, Laura. Bagaimana kabarmu?’
“Baik,” jawabku sambil mangacungkan
kantong berisi brownies. “Ibuku
menitipkan brownies untuk Anda dan Tuan Maxwell. Dia membuatnya
sendiri tadi pagi.’
“Baik sekali ibumu. Sampaikan terima
kasihku padanya nanti. Bisakah kau tolong letakkan di dalam? Tanganku kotor.”
Kuletakkan kue itu di meja dapur,
lalu keluar lagi. “Sudah, adakah yang bisa kubantu, Nyonya?”
“Kau boleh menyiram tanaman yang di
sudut itu. Kalau tidak keberatan tentunya.”
Kubuka gulungan selang dan mulai
menyiram tanaman yang di tunjuknya.
Kami menghabiskan lima belas menit
berikutnya dengan memnagkas daun yang sudah terlalu lebat dan memotong beberapa
tangkai mawar. Setelah meletakkan mawar-mawar tersebut ke dalam vas bunga
berisi air, Nyonya Maxwell berkata, “Nah, Laura terima kasih banyak atas
bantuanmu. Sekarang naiklah ke perpustakaan dan ambillah buku apapun yang kau
inginkan. Dan bolehkah aku minta tolong lagi? Bukakan tirai dan jendela
perpustakaan selagi kau di sana.”
“Ok, Nyonya Maxwell.” Sahutku lalu
mulai berjalan menuju perpustakaan.
Kuhampiri rak buku milik Tuan
Maxwell dan sekali lagi kuamati judul-judl buku di situ. Kali ini aku menangkap
sesuatu yang luput dari perhatianku minggu lalu. Nama Fermat muncul berulang
kali : Teorema Terakhir Fermat untuk
Kasus n=4, Teorema Terakhir Faermat: Bukti untuk n=7, Sebuah Bukti Sederhana
dari Teorema Terakhir Fermat untuk n=6 dan n=10, Kuliah tetang Teorema Terakhir
Fermat....
Tampaknya itulah yang dikerjakan
Tuan Maxwell : Teorema Terakhir Fermat.
Pada kenyataannya, Andrew Wiles
berhasil memperbaiki kesalahan di pembuktiannya. Bukti Teorema Terakhir Fermat,
totalnya 130 halaman, dipublikasikan pada bulan Mei tahun 1995. Tuan Maxwell
tidak pernah mendapat kesempatan melihatnya. Ia meninggal bulan Januari tahun
sebelumnya. Pensil dan buku catatannya tergeletak di meja di samping tempat
tidurnya. Sampai akhir hayat dia masih terus berusaha membuktikan Teorema
Terakhir Fermat.
Sekarang tahun 1996 dan aku baru
saja menonton tayangan dokumentasi BBC tentang Teorema Terakhir Fermat. Lewat
acara itu aku akhirnya melihat seperti apa yang namanya Andrew Wiles. Dia
berpotongan kurus tinggi, memakai kacamata, dan tampangnya terlihat menyenangkan.
Selain wiles, acara itu juga memperlihatkan beberapa orang lainnya yang pernah
mencoba membuktikan teorema itu. Orang-orang seperti Tuan Maxwell.
B. Unsur-Unsur Novel
1.
Tokoh
a.
Laura Welman
b.
James Maxwell
c.
Katie
2.
Watak
a.
Laura Welman : Peenakut, sensitif,
dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
1) Penkaut
Kutipan
: ..... aku menoleh ke arah rumah itu. Apa yang kulihat membuat buluk kudukku
meremang. ( Hal 10)
2) Sensitf
Kutipan
: “Tetapi aku sudah menjelaskannya tadi,” kata Jack tidak sabar.
“Konsentrasilah, Laura. Pantas saja niaimu jelek.” Aw. Itu menyakitkan. Aku
meninggalkam Jack dengan perasaan terkhianati. (Hal 16)
3) Rasa
ingin tahu tinggi
Kutipan
: Aku perlu mencari tahu lebih jauh tentang Tuan Maxwell dan Teorema Terakhir
Fermat, itu sudah pasti. (Hal 64)
b.
James Maxwell : pantang menyerah,
cerdas, dan pekerja keras
1) Pantang
menyerah
Kutipan : Tuan Maxwell tidak pernah
mendapat kesempatan melihatnya. Ia meninggal bulan Januari tahun sebelumnya. Pensil dan buku catatannya
tergeletak di meja di samping tempat tidurnya.
Sampai akhir hayat dia masih terus berusaha membuktikan Teorema Terakhir Fermat. (Hal 236)
2) Cerdas
Kutipan
: “Sekarang perhaitkan persamaan berikut....”Sejenak ia mencoret-coret di
kertasnya. “.... dan kau akan selalu bisa menemukan kuadrat ganjil. Karena ada
tak hingga banayknya kuadrat ganjil, dari persamaan ini kita bisa tahu bahwa
ada tak hingga banyaknya Triple Pythagoras. Quod erat demonstrandum (QED), diambil
dari bahasa latin, artinya yang sudah terbukti.” ( Hal 71)
3) Pekerja
keras
Kutipan
: “.... Jadi, bagaimana Anda bisa tau itu?” “Disinilah kita membutuhkan yang
namnaya pembutian formal,” kata Tuan Maxwell. ( Hal 70)
c.
Katie :egois,
optimis, dan sensitif
1) Egois
Kutipan
: Katie terlalu sibuk dengan lukisan kolam teratainya. Hanya itu yang bisa
dibicrakannya saat jam makan siang, dia bahkan tidak berpura-pura tertarik pada
kelanjutan kisahku dnegan pasangan Maxwell. (Hal 67)
2) Optimis
Kutipan
: “.... coba tebak aku sudah menemukan ide untuk lukisanku. Kau tahu apa?Kolam
teratai di taman kota! Idenya datang tiba-tiba sewaktu aku di suruh menjaga
Karen di situ kemarin....” ia pun bercerita panjang lebar tentang rencana
melukisnya. (Hal 56)
3) Sensitif
Kutipan
:”Kau selalu saja di rumah itu. Kau meluupakan janji kita nonton...”
“ Tetapi itu karena Nyonya Maxwell sedang
sakit!”
“
Lalu kenapa?” Potong Katie lagi. “Kau bukan cucunya. Kau tidak pelu mengurus
mereka.” ( Hal 113)
3.
Latar
a.
Latar tempat : Perpustakaan
Kutipan
: Aku menghabiskan jam makan siang dengan membaca diperpustakaan. (Hal 27)
b.
Latar waktu : Malam hari
Kutipan
: Malam itu sehabis makan malam, kuketuk pintu kamar Jack. (Hal 14)
c.
Latar Suasana : kecewa
Kutipan
: Aku meninggalkan kamarnya dengan perasaan terkhianati. (Hal 17)
4.
Sudut
Pandang
Menggunakan
orang pertama tunggal.
Kutipan
: Aku menelan ludah, berusaha mengumpulkan harga diri yang tersisa, lalu
berkata, “ Baiklah, terima kasih, Tuan Maxwell. Akan kubuang di tempat yang
benar sekarang.”
(Hal 20)
5.
Alur
Menggunakan
alur maju.
Kutipan : Malam ini aku pergi tidur dengan perasaan
kecewa. Tampaknya tidak ada yang tertarik dengan petualanganku di rumah
Maxwell. Hari Minggu pagi berikutnya, aku memasuki halam rumah Maxwell dengan
kantong berisi kue brownies di satu
tanga dan buku-buku yang kupinjam minggu sebelumnya di tangan lain. (Hal 56-57)
6.
Gaya
Bahasa
Asosiasi,yaitu
membandingkan 2 objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata
sambung bagaikan, baik, ataupun, seperti.
Kutipan
: “Selamat sore.”
Selama bertahun-tahun
aku berharap bisa melihat penghuni rumah itu, tapi ketika benar-bnear terjadi
yang kuucapkan hanyalah sapaan yang bisa disampaikan pada siapa saja di jalan
pada sore itu. Tetapi, kata-kata itu, untungnya, bekerja seperti mantra
yang melepaskan kutukan kaku di kakiku. ( Hal 10-11)
C. Pesan Moral
a. Nilai
Agama
Tidak selamanya orang bodoh akan tetap
menjadi bodoh. Namun, apabila ia berusaha dan berdo’a kepada Tuhan Yang Maha
Esa maka seiring berjalannya waktu kebodhannya akan segera memudar.
Kutipan
: Nilai matematika sudah jauh lebih baik. Mungkin aku berusaha lebih keras untuk berkonsentrasi, atau mungkin
matematika terasa lebih menarik sejak membaca sejarah nol, entahlah. Yang pasti pagi ini Pak Larson membagikan hasil
kuis dadakan minggu lalu, dan teabak
aku dapat berapa? 52 dari 100! Yah, memeang sih tidak bagus-bagus amat, dan juga masih
dibawah rata-rata kelas, tapi iitukan 52 point lebih banyak dari pada kuis sebelumnya. (Hal 31)
b. Nilai
Sosial
Jangan takut untuk meminta maaf dan mengakui
apabila melakukan kesalahan.
Kutipan
; “Nyonya Maxwell, aku minta maaf soal sore kemarin. Tidak seharusnya aku masuk
ke ruangan itu tanpa izin dan dengan lancang membuka buku Anda. Aku sungguh
menyesal, dan kuharap Anda mau melupakannya.” (Hal 157)
c. Nilai
Moral
Pertengkaran dalam persahabatan
sebaiknya diselesaikan dengan pikiran
yang teerbuka. Jangan sampai memendam pendam sehingga dapat merusak persahabatan
dan tali silaturahmi.
Kutipan
: ”Kau selalu saja di rumah itu. Kau meluupakan janji kita nonton...” “ Tetapi
itu karena Nyonya Maxwell sedang sakit!” “ Lalu kenapa?” Potong Katie lagi.
“Kau bukan cucunya. Kau tidak pelu mengurus mereka.” (Hal 113)
D. Keunggulan dan Kelemahan Novel
a.
Keunggulan :
Cerita karya Annisa Ihsani ini sanagt
bagus dan gaya bahasanya juga mudah dipahami. Ceritanya mengandung unsur
pendidikan yang sangan baik dibaca untuk usia remaja. Dari buku ini, kita tahu
bahwa usaha manusia dalam menuutut ilmu
tidaklah ada batasnya. Cerita ini juga diangkat dari kisah nyata yang
mengungkapkan tentang Teorema Terakhir Fermat. Saya suka dengan cerita karya
Annisa Ihsani, Teka Teki Terakhir.
b.
Kekuarangan :
Bagi sebagian orang, khususnys para remaja,
pasti menganggap cerita ini membosankan kerena cerita yang di paparkan hanya mengandung
unsur keilmiahan dan sedikit kisah percintaan di dalamnya
Judul : Bagaimana Berpikir dan Bermimpi
Secara Kreatif
Penulis : David J. Schwartz
Penerbit : Binarupa Aksara
Tebal : 35 Halaman
A.
Ringkasan Buku
Pertama, mari kita menjernihkan suatu pikiran yang keliru
mengenai arti berpikir kreatif. Karena
beberapa alasan yang tidak logis, sains, teknologi, seni dan karya tulis
dianggap sebagai yang satu-satunya memerlukan pemikiran yang benar-benar
kreatif. Kebanyakan orang menghubungkan berpikir kratif dengan hal-hal seperti
penemuan listrik atau vaksin polio, atau novel atau pengembangan televisi
berwarna.
Tentu saja pencapaian seperti ini adalah bukti dari cara
berpikir kreatif. Tiap langkah maju dalam manaklukkan ruamg angkasa adalah
hasil dari berpikir kreatif. Akan tetapi, berpikir kreatif tidak hanya terbatas
untuk pekerjaan tertentu, juag tidak hanya untuk orang yang super pandai.
Lalu, apa yang dimaksud berpikir kreatif?
Sebuah keluarga yang berpenghasilan rendah menyusun
rencana untuk mengirim putra mereka ke universitas. Sebuah keluarga mengubah rumah
yang paling tidak menarik di jalan itu menjadi tempat yang indah di lingkungan
tersebut. Seorang pendeta mengembangkan
suatu rencana yang melipatgandahkan jamaahnya untuk kebaktian hari Minggu.
Memikirkan cara-cara untuk menyederhanakan pembukuan, menjual produk kepada
pelangga yang “sulit” mengusahakan agar anak-anak tetap asyik secara
konstruktif, membuat karyawan benar-benar menyukai pekerjaan mereka, atau
mencegah pertengkaran ”tertentu” semua ini adalah contoh berpikir kreatif
sehari-hari yang praktis.
Berpikir kreatif berarti menemukan cara-cara baru yang
lebih baik untuk mengerjakan apa saja. Imbalan dari semua jenis sukses ini, di
rumah, di tempat kerja, di dalam komunitas bergantung pada penemuan cara-cara
untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Sekarang, mari kita lihat apa yang
dapat kita lakukan untuk mengembangkan dan menguatkan kemampuan kita dalam
berpikir kreatif.
Langkah satu : Percaya
bahwa sesuatu dapat dilakukan.
Inilah
prinsipnya: Untuk melakuka apapun, kita harus lebih dahulu percaya bahwa hal
itu dapat dilakukan. Percaya sesuatu dapat dilakukan membuat pikiran bergerak
untuk mencari cara untuk melaksanakannya dan melicinkan jalan untuk solusi yang
kreatif. Percaya sesuatu tidak dapat dilakukan adalah cara berpikir yang
destruktif. Hal ini berlaku untuk semua
situasi, besar dan kecil. Para pemimpin politik yang tidak benar-benar percaya
bahwa perdamaian dunia dapat dicapai akan gagal mencapainya karena pikiran
mereka tertutup bagi cara-cara kreatif untuk menghasilkan perdamaian. Ahli
ekonomi yang percaya depresi bisnis tidak dapat dihindari, tidak akan
mengembangkan cara-cara kreatif untuk mematahkan siklus bisnis tersebut.
Begitu pula Anda dapat menemukan cara-cara untuk menyukai
seseorang ,menemukan cara untuk membeli rumah baru yang lebih besar, jika Anda
percaya Anda dapat melakukannya. Kepercayaan melepaskan kekuatan kreatif.
Ketidakpercayaan menjadi rem bagi berpikir kreatif. Percayalah, dan Anda pun akan mulai berpikir secara konstruktif.
Pikiran Anda akan Menciptakan Jalan Jika Anda
Mengizinkannya .
Inilah dasar bagi
berpikir kreatif.
1.
Hapus kata tidak mungkin biak dari piiiran Anda maupun kosakata pembicaraan
Anda. Tidak mungkin adlah kata
kegagalan. Pikiran “Ini tidak mungkin,” memulai reaksi berantai dari pikiran
lain unutk membuktikan bahwa Anda benar.
2.
Pikirkan sesuatu yang istimewa yang
selama ini ingin Anda lakukan, tetapi Anda rasa anda tidak dapat melakukannya.
Sekarang buat sebuah daftar alasan mengapa Anda dapat melakukannya. Banyak dari
kita mengalahkan dan menaklukkan keinginan kita hanya karena kita
berkonsentrasi pada mengapa kita dapat sementara satu-satunya hal yang layak
untuk konsentrasi mental kita adalah mengapa kita dapat.
Cara bepikir tradisional
adalah musuh Nomor Satu untuk orang ynag tertarik pada program
keberhasilan pribadi yang kreatif. Cara berpikir tradisional membekukan pikiran
Anda, menghambat kemajuan Anda, mencegah Anda mnegmbangkan kekuatan kreatif.
Berikut ini adalah tiga cara untuk memeranginya:
1.
Jadilah orang yang bersedia menerima
gagasan. Sambut baik gagasan. Hancurkan pikiran penghalang seperti”Tidak akan
berhasil,” “Tidak dapat dikerjakan,” “Ini tidak ada gunanya,” dan “ini tindakan
bodoh.”
2.
Jadilah orang yang suka bereksperimen.
Dobraklah rutin ynag tetap. Pergilah ke restoran baru, beli buku baru, kunjungi
teater baru, dapatkan teman baru, ambil rute yang berbeda ke tempat kerja pada
hari tertentu, ambil jenis liburan ynag berbeda tahun ini, sesuatu yang baru
dan berbeda akhir pekan ini.
3.
Jadilah progresif, bukan regresif. Bukan
“Itulah cara kami biasa mnegerjakannya maka kami harus mengerjakannya dengan
cara itu,” melainkan “Bagaimana kami dapat mengerjakannya lebih baik daripada
dengan cara yang biasa saya lakukan?” Bukan cara berpikir mundur, regresif,
melainkan cara berpikir maju, progresif.
Dalam bisnis, di rumah, di dalam komunitas, dan kombinasi
keberhasilan adalah menegrjakan apa yang Anda kerjakan dengan lebih baik
(meningkatkan kualitas pengeluaran Anda) dan mnegrjakan lebih banyak apa yang
Anda kerjakan (menaikkan kuantitas keluaran Anda).
Anda yakin ada imbalannya untuk bekerja lebih banyak dan
lebih baik? Kalau begitu cba prosedur dua langkah ini :
1.
Terimalah dengan keinginan yang besar
peluang untuk bekerja lebih banyak. Adapun pujian jika Anda diminta untuk
menerima tanggung jawab baru. Menerima tanggung jawab yang lebih besar dalam
pekerjaan membuat Anda menonjol, dan memperlihatkan bahwa Anda lebih berharga.
2.
Berkonsentrasilah pada “Bagaiman saya
bisa melakukan lebih banyak?: jawaban kreatif akan muncul. Beberapa dari
jawaban ini mungkin berupa perencanaan dan organisasi yang lebih baik atas
pekerjaan Anda yang sekarang, atau pengambilan jalan pintas dalam aktivitas
rutin Anda, atau mungkin penghapusan aktivitas yang tidak penting sama sekali.
Akan tetapi, biar saya ulangi, pemecahan untuk mengerjakan lebih banyak akan
muncul.
Dalam ratusan wawancara dengan orang pada segala
singakat, saya membuat penemuan ini: Semakin besar orang bersangkutan, semakin
cenderung ia mendorong anda untuk berbicara; semakin kecil orang yang
bersangkutan, semakin cenderung ia mengkhotbahi Anda.
Orang besar memonopoli kegiatan mendengarkan.
Orang kecil memonopoli kegiatan berbicara.
Telinga Anda adalah katup pemasukan Anda. Telinga Anda
memberi makan pikiran Anda dengan bahan mentah yang dapat diubah menjadi
kekuatan kreatif. Kita tidak belajar apapun dengan berbicara. Akan tetapi tidak
ada batas pada yang apa dapat kita pelajari dengan bertanya dan mendengarkan.
Coba program tiga tahap ini untuk mneguatkan kreativitas
Anda melalui bertanya dan mendengarkan:
1.
Dorong orang lain untuk berbicara. Di
dalam percakapan pribadi atau di dalam perusahaan, usahakan orang berbicara
dengan memberi dorongan kecil seperti,”Ceritakan kepada saya tentang pengalaman
Anda...” atau “Apa menurut Anda yang merupakan inti persoalan?” dorong orang
lain untuk berbicara dan Anda pun memperoleh kemenangan rangkap dua, pikiran
Anda menyerap bahan mentah yang dapat Anda gunakan untuk menghasikan pikiran
yang kreatif dan Anda mendapatkan teman. Tidak ada cara yang lebih pasti untuk
membuat orang lain mnryuakai Anda dibandingkan melainkan mendorong mereka untuk
bebicara dengan Anda.
2.
Uji pandangan Anda dalam bentuk
pertanyaan. Biarkan orang lain membantu Anda menghaluskan dan mengoles gagasan
Anda. Gunanakan pendekatan apa-pendapat-anda-menegenai-saran-ini. Jangan
bersikap dogmatik. Jangan mengumumkan gagagsan segar seolah gagasan itu
disajikan di atas piring emas. Lakukan sedikit penelitian informal lebih
dahulu. Lihat bagaimana kolega anda bereaksi terhadapnya. Jika Anda
melakukannya kemungkinan Ana akhirnya memperoleh gagasan yang lebih baik.
3.
Berkonsentrasilah pada apa yang
dikatakan oleh orang lain. Mendengarkan adalah lebih daripada sekedar menutup
mulut. Mendenagrakan berarti membiarkan apa yang dikatakan menembus ke dalam
pikiran Anda. Begitu sering orang berpura-pura mendengarkan ketika mereka sama
sekali tidak mendengarkan. Mereka cuma menunggu lawan bicara untuk berhenti
sejenak agar mereka dapat mengambil alih pembicaraan. Berkonsentrasilah pada
apa yang dikatakan oleh lawan bicara. Evaluasi apa yang dikatakannya. Begitulah
cara Anda mengumpulkan makanan untuk pikiran Anda.
Ada
banyak cara untuk mendapatkan stimulasi mental, tetapi di sini ada dua yang
dapat Anda masukkan ke dalam pola kehidupan Anda.
Pertama, bergabunglah dan bertemulah secara teratur
setidaknya dengan satu kelompk profesional yang memberikan stimulasi di dalam
bidang pekerjaan Anda sendiri. Bergaullah dengan orang lain yang berpikiran
sukses. Ingatlah pikiran yang hanya mendapat dari dirinya sendiri akan
kekurangan gizi, menjadi lemah dan tak mampu berpikir kreatif dan progresif.
Stimulasi dari orang lain adalah makanan pikiran yang bagus sekali.
Kedua, bergabunglah dan berpartisipasilah dalam
setidaknya satu kelompok di luar bidang pekerjaan Anda.bergaul dengan orang
yang mempunyai minat kerja yang berbeda meluaskan pikiran Anda dan membantu
Anda melihat gambaran yang besar. Anda akan terkejut bagaimana bergaul secara
teratur dengan orang-orang di luar bidang pekerjaan Anda sendiri akan
merangsang cara berpikir Anda dalam bidang pekerjaan Anda.
Gagasan adalah buah dari cara berpikir Anda. Akan tetapi,
gagasan harus digunakan dan dipraktekkan agar mempunyai nilai. Setiap tahun
sebatang pohon ek menghasilkan cukup banyak biji untuk memenuhi hutan yang
lumayan luas. Namun, dari banyak biji ini mungkin hanya satu atau dua yang akan
menjadi pohon. Tupai memakan sebagian besar bijinya, dan tanah yang keras di
bawah pohon tidak memberi banyak kesempatan untuk mulai tumbuh kepada benih
yang tersisa. Begitu pula dengan gagasan. Sedikit sekali yang mengasilkan buah.
Gagasan mudah sekali hancur jika kita waspada, tupai (orang yang berpikiran
negatif) akan menghacurkan sebagian besar gagasan tersebut. Gagsan memerlukan
penanganan khusus sejak dilahirkan hingga diubah menjadi cara-cara praktis
mengerjakan sesuatu yang lebih baik. Gunakan tiga cara ini untuk memelihara dan
mengembangkan gagasan Anda:
1.
Jangan biarkan gagasan lepas. Tuliskan
gagasan tersebut. Setiap hari banyak sekali gagasan yang dilahirkan hanya untuk
mati dengan cepat karena tidak dituangkanke atas kertas. Ingatan adalah budak
yang lemah dalam melindungi dan memelihara gagagsan yang masih sangat baru.
Bawa selalu buku catatan atau beberapa buku kecil bersama Anda. Jika Anda
mendapatkan suatu gagasan, tuliskanlah. Orang dalam pikiran kreatif dan subur
menegetahui bahwa gagasan yang bagus dapat muncul di setiap waktu di setiap
tempat. Jangan biarkan gagasan lepas atau Anda merusak buah dari pikiran Anda.
Kurunglah gagasan tersebut.
2.
Tinjau gagasan Anda. Tempatkan gagasan
di dalam arsip aktif. Arsip itu dapat di simpan di dalam lemari yang rumit atau
dapat berupa meja berlaci.
3.
Tanam dan pupuk gagasan Anda. Buatlah
gagasan bertumbuh. Pikirkan gagasan tersebut. Kaitkan gagasan tersebut dengan
gagasan-gagasan lain yang masih berhubungaan. Baca apa saja yang dapat Anda
temukan yang entah bagaimana berhubungan denga gagasan Anda. Selidiki smeua
sudut. Kemudian, ketika waktunya tiba, buat catatan itu bekerja untuk diri
Anda, pekerjaan Anda, masa depan Anda.
B.
Keunggulan Buku
Memaparkan dengan jelas bagaimana cara berfikir dan
bermimpi secara kreatif yang disertai dengan contoh dalam kehidupan nyata
sehingga mempermudah pembaca dalam penerapannya.
C.
Kelemahan Buku
Bahasa ynag digunakan cukup sulit untuk dipahami pembaca.
Banyak kosa kata asing yang digunakan di dalamnya. Untuk itu, pembaca harus
mengartikan terlebih dahulu kosa kata
tersebut.
D.
Manfaat Buku
1.
Percaya bahwa sesuatu dapat kita
dilakukan.
2.
Tidak malas dalam berfikir
3.
Dapat mengevaluasi diri dengan baik.
4.
Memberi bimbingan yang bermanfaat unruk
di terapkan dalam kehidupan sehari-hari
5.
Menumbuhkan wawasan yang luas.
Laporan
Membaca 3
Judul : Hidup Sukses (Waktu Adalah Uang)
Penulis : Bambang Marhiyanto Eska
Penerbit : CV. Bintang Pelajar
Tebal : 20 Halaman
A. Ringkasan Buku
Bila kita perhatikan dengan seksama, bahwa orang-orang
besar yang sukses dan berhasil mencapai tingkat kemajuannya dalam
memperjuangkan hidup, niscaya mereka selalu menghargai waktu. Mereka pantang
menyia-nyiakan waktu. Waktu diukur dengan uang. Apabila sedetik waktu terbuang
dengan percuma berarti membuang pula mata uang dengan sia-sia.
Orang yang sukses benar-benar mempergunakan waktu
seefesien mungkin. Meskipun bagaimana sibuknya, tetapi mereka masih bisa
membagi waktu, dan berjalan lancar. Mereka membuat jadwal kegiatan jadwal
sehari-hari. Misal berapa persen untuk keluarga, berapa persen untuk kerja,
berapa persen untuk bergaul dengan kawan, dan berapa persen pula untuk
Tuhannya. Semuanya mulus tak ada gangguan. Itulah sebabnya sehingga mereka bisa
sukses dan meraih puncak keberhasilan.
Orisn Swett mengemukakan pendapatnya dalam hubungannya
dengan penggunaan waktu sehari-hari :
“ Waktu. Tiap hari datang mengunjungi kita sebagai
seorang sahabat yang setia membawa hadiah-hadiah
yang berharga. Apabila hadiah itu tidak kita terima, maka ia akan pergi dan tak akan kembali. Tiap-tipa pagi dia
datang dengan memberikan hadiah-hadiah baru. Tetapi jika kemarin dan kemarin dulu hadiah-hadiah itu tidak kita
terima, lama-lama kita tidak akan berhasil
menikmati lezatnya hadiah pemberian waktu tersebut, sebab kita tidak
pandai menghargainya. Pribahasa
mengatakan bahwa kekayaan yang hilang dapat dicari kembali dengan berlaku hemat dan rajin, kesehatan yang
terganggu bisa sembuh dengan berobat, tetapi
waktu yang hilang terbuang tidak dapat dicari lagi untuk selama-lamanya.”
Dari kata-kata Orison Swett, kita bisa menarik kesimpulan
bahwa waktu setiap hari datang. Kalau anda pandai menggunakan waktu, untuk
bekerja, usaha dan kegiatan yang bermanfaat maka waktu akan memberi hadiah
kepada anda. Hadiah itu tentunya keberhasilan. Tetapi bila kita menyia-nyiakan
waktu, percayalah sampai tua anda pasti akan kecewa, menyesali diri. Rugi yang
berkepanjangan. Karena waktu adalah umur, sekali terbuang maka dia tak akan
kembali ke hadapan kita. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang memanfaatkan
waktu dan mengisi hudupnya dengan kegiatan yang bermanfaat.
a. Sejak Bangun Tidur
Hingga Tidur Lagi
Sebagai orang yang ingin berhasil,
tentunya betul-betul kita bisa meprthitungkan waktu mulai pagi sampai petang
tak ada waktu yang terbuangdengan percuma. Anggap saja waktu adalah uang. Siapa
yang menghargai waktu dialah yang akan meraih keuntungan.
Langkah-langkah yang harus anda
perhatikan jika anda benar-benar menggunakan waktu dengan tepat adalah lebih
dahulu mebuat jadwal perjalanan waktu. Susunlah kegiatan anda, mulai bangun
tidur sampai tidur lagi.
Suatu misal, berapa waktu yang anda
pergunakan untuk bangun pagi, berapa pula waktu untuk baca koran, sarapan dan
mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Semuanya harus anda atur sesuai
dengan jadwal.
Buanglah kegiatan anda yang
sekiranya menyita waktu banyak dan tanpa mendatangkan hasil. Sebagai contoh,
ngobrol dengan teman, menggunjing orang lain adalah perbuatan yang
sia-sia.menggunjing dan membicarakan orang lain memanglah mengasikkan. Biarpun
anda berlama-lama membicarakan tetangga tetapi tak terasa bosan sedikitpun.
Tetapi ingat, orang yang berhasil dalam hidupnya ialah orang yang selalu
berhati-hati dalam menggunakan waktu. Tak pernah ada dalam kamus bahwa, orang
yang bermalas-malasan, menggunjing tetangga itu bisa kaya dan berhasil.
Coba anda renungkan, kegiatan apa
saja yang anda lakukan selama sehari penuh. Anda tidak sadar bahwa waktu cepat
berlalu, bila dia pergi maka tak akan datang lagi. Memang, kelihatannya sehari
penuh anda selalu sibuk. Tetapi apakah kesibukan anda yang menyita banyak waktu
itu mendatangkan hasil. Nah, bertanyalah pada diri sendiri.
Napoleon pernah berkata :
“Seperti halnya selembar
benang itu berharga, begitu juga kita harus menghargai menit-menti dari waktu kita.”
jadi, jika anda ingin berhasil maka
hargailah waktu sebagaimana anda menghargai benag sutera, kata Napoleon.
Berpaculah bersama dentingnya derak jarum jam demi meraih nasib yang baik.
b. Cara Menggunakan Waktu
Dengan Tepat
Umur kita terus melngakh tak ubahnya
jarum jam yang ada di dindnig rumah kita. Dia tak henti-hentinya berputar.
Begitu juga dunia, siang dan malam selalu berganti tepat pada waktunya.
Bagaimana dengan anda?
Tentu
anda termasuk orang yang rugi besar di dunia ini jika anda menyia-nyiakan umur
kehidupan anda. Kebiasaan menunda pekrjaan adalah momok besar dalam sejarah
orang-orang yang sukses. Ketahuilah bahwa para pembesar yang berhasil tak
pernha menunda-nunda pekerjaan. Hari ini bekerja dan hari ini berusaha agar
pekerjaan itu selesai.
Adapun cara membuat jadwal kegiatan
dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi adalah sebagai berikut : Misalkan
anda bangun pukul lima pagi maka yang harus anda lakukan adalah:
Sekian menit untuk
shalat subuh.
Sekian menit untuk senam
pagi.
Sekian menit untuk
mendengarkan radio.
Sekian menit untuk mandi
pagi dan seterusnya.
Pendeknya, isilah hidup anda dengan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Aktivitas yang mnedatangkan hasil. Anda
boleh santai tetapi sampai berapa lama untuk santai tersebut. Tentunya anda
harus pandai memperhitungkan detik-detik tersebut. Andaikata anda bersikap dan
bertindak demikian maka dalam waktu dekat andapun tergolong orang-orang yang
berhasil
Akan tetapi bagaimana dengan negara
kita, Indonesia. Kenyataan menujukkan bahwa masyarakat kita terkenal dengan
orang-orang yang sangat meremehkan waktu. Kemudian, bagaimana cara mengubah
kebudayaan yang menimbulkan kerugian itu? Maka dari itulah mulai seawal mungkin
biasakanlah untuk berdisiplin waktu.
c. Teledor, Akan Menyita Banyak
Waktu
Pada dasarnya bahwa ketledoran
manusia itu ada dua bagian yaitu karena di sengaja dan keteledoran karena tidak
sadar. Sebenarnya sifat teledor itu disebabkan oleh diri sendiri. Mustahil
orang yang selalu berhati-hati dalam menentukan sesuatu keputusan atau
melaksanakan pekerjaan itu mengalami kesalahan. Akan tetapi karena kecerobohan
maka masalah itu menimpanya. Maka, untuk menekan keteledoran sekecil mungkin,
anda perlu melatih kepekaan anda terhadap kesalahan. Mulailah memperhatikan
kesalahn anda yang tarafnya sepele.
Janganlah anda gegabah bertindak
atau memutuskan sesuatu bila persoalan itu benar-benar masih belum bisa
dikerjakan. Cobalah untuk menganalisa sebab musabab dari kesalahan yang menimpa
anda. Meskipun kesalahan itu masih kesalahn yang ringan. Dengam bertindak
demikian maka anda bisa menghindari keteledoran yang membawa kerugian besar
bagi anda.
Untuk menghindari keteledoran
tersebut, maka sebaiknya anda lakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Berhati-hatilah
setiap melangkah
2. Perhitungkan
pekerjaan anda dengan matang.
3. Tidak
menunda pekerjaan.
4. Membuat
planning kegiatan.
5. Cobalah
dengan penemuan baru.
6. Dahulukan
pekerjaan yang anda anggap penting.
7. Bersikaplah
waspada terhadap apa yang anda kerjakan.
8. Nikmatilah
pekerjaan yang sedang anda lakukan.
Menurut
Wiliam O. Uraneck bahwa keteledoran itu ada tiga macam yakni:
1. Keteledoran
yang disengaja, yaitu tindakan manusia ketika dalam keadaan marah atau secara
sadar memberontak terhadap sesuatu keadaan yang kurang menyenangkan.
2. Keteledoran
yang tidak disengaja, yaitu karena gangguan jasmaniah, halangan-halangan saat
tertentu, salah tafsir perintah atau petunjuk, keliru menanggapi tindakan atau
perkataan rang lain.
3. Keteledoran
dalam mengevaluasi, yaitu kesalahan akibat dari suatu keputusan yang keliru. Akhirnya
menimbulkan prasangka buruk, rasa takut, sifat keras kepala, kebencian, fakta
yang tidak lengkap atau meunjukkan data
yang tidak benar atau GOSIP.
Sudah jelas kiranya, bahwa apabila kita melakukan
keteledoran, baik disengaja atau tidak maka pekerjaan kita akan terhambat. Dan
tentu pengulangan kesalahan itu akan menyita banyak waktu.
Akan tetapi sifat ceroboh itu dapat kita atasi dengan
membiasakan diri untuk berhati-hati dalam melakukan tindakan. Pengalaman dimasa
lampau hendaknya anda pegang erat-erat agar tidak terjadi kekilafan untuk yang
kedua kalinya.
d. Buanglah Budaya “Malas
dan Menunda Kegiatan”
Orang yang berhasil dalam
kehidupannya tak pernah malas dalam bekerja maupun kegiatan lainnya. Dia selalu
rajin di segala hal. Bukankah ada pepatah mengatakan bahwa rajin adalah pangkal
pandai dan hemat adalah pangkal kaya. Siapa bermalas-malas maka jangan
diharapkan bisa bahagia hidupnya.
Apabila anda selalu menunda-nunda
pekerjaan maka jangan anda harapkan untuk bisa menjadi seorang yang sukses. Bukankah
ada pepatah mengatakan bahwa, sedikit demi sedikit akhirnya menjadi bukit.
Begitu juga, bila anda selalu menunda pekerjaan yang anda anggap remeh. Setiap
hari pekerjaan itu bertambah menumpuk yang akhirnya anda kecewa, karena
pekerjaan itu menjadi bertumpuk-tumpuk. Jadi, pekerjaan yang anda tunda-tunda
itu akhirnya membuat beban anda. Beban yang sangat berat. Dan anda pun dipaksa
untuk menyelesaikannya.
Maka bersemboyankanlah bahwa :
“Persoalan hari ini
adalah hari ini juga”
“Menunda pekerjaan berarti
mengolor waktu dengan percuma“
“Sedang umur manusia tak
pernah menunda atau berhenti melnagkah”
e. Waktu, Sedetikpun Tetap
Berharga
“Tariklah manfaat dari setiap menit
yang berlalu, agar jangan sampai ia lewat dengan
percuma. Maka untuk setiap jam yang selebihnya kita tak perlu cemas lagi, sebab ia akan membawa
keberhasilannya sendiri.”
Lord
Chesterfield
Kebanyakan orang-orang yang sukses
dan berhasil, dia tak mau tinggal diam untuk membiarkan menit-menit yang
berlalu. Setiap detik selalu digunakan untuk manfaatkan sesuatu. Mereka pada
beranggapan bahwa apabila membiarkan waktu berlalu maka akan tertinggal jauh
dari sukses. Bukankah jarum jam tetap berputar tanpa ada rasa kompromi. Dia
selalu bergerak maju bersama dengan matahari. Dia tidak menghiraukan apakah
anda tertinggal atau tidak. Selalu dan selalu berputar tanpa ada batas
hentinya.
Jadi, waktu itu nilainya sangat
mahal bagi oranag yang bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Akan tetapi
waktupun bisa berubah tak ternilai sepeserpun apabila orang itu telah
tertinggal jauh dan tergilas roda kehidupan. Sehari-hari hidupnya hanya dihiasi
dengan rasa pennyesalan dan keputusasaan. Orang seperti ini karena tidak
menyadari bahwa umurnya setiap hari bahkan setiap detik telah berkurang. Dia
tidak menyadari bahwa waktu hidup dan kesempatan usahanya terus terpacu, tak
henti-hentinya. Kemudian, akhirnya dia tertinggal jauh oleh orang-orang yang
menghormati waktu.
f. Memanfaatkan Waktu
Luang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak
orang yang sukses hanya karena mereka mau memanfaatkan sisa waktunya. Waktu
yang luang tidak dibiarkan berlalu begitu saja, akan tetapi setiap detik yang
berlalu ditariknya manfaat yang menghasilkan sesuatu.
Jadi, waktu luang dapat anda
manfaatkan untuk melakukan hal-hal yang berguna. Melakukan sesutu yang bisa
menunjang karier anda. Janganlah waktu yang luang tersebut membuat anda mnejadi
mati kutu karena tidak bisa memanfaatkannya.
B. Keunggulan Buku
Menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan dimengerti
oleh pembaca. Pilihan katanya menarik sehingga membuat para membaca ingin terus
membaca buku ini. Di dalamnya juga terdapat pendapat para ahli yang dapat
mendukung opini penuis.
C. Kekurangan Buku
Terjadi kesalahan dalam
pengetikan kata seperti kata “tledor”. Ulasan yang disajikan kurang
lengkap sehingga mengurangi minat pembaca dalam membaca buku ini. Namun, dengan
ketidaklengkapan tersebut, Bambang mampu mengulas kata-katanya sehingga
kata-kata tersebut dapat menarik minat pembaca untuk membaca buku ini.
D. Manfaat Buku
Dari buku ini kita memperoleh manfaat yang luar biasa.
Dari buku ini kita bisa menegerti bahwa waktu itu sangatlah penting dan
berharga. Orang yang dapat memenfaatkan waktunya akan memperoleh keberhasilan.
Namun, barangsiapa yang menyia-nyiakan waktunya akan memperoleh kegagalan. Dari
buku ini pula kita mengerti bahwa keteledoran akan menyita banyak waktu.
Komentar
Posting Komentar